Minggu, 21 Desember 2008

Kisah Karminah dan Suwarno

Ervin Adrian
Dicuplik dari milis ptkdk

Namanya Karminah, seorang pelaksana di Dinas Pendidikan Propinsi DI Yogyakarta. Sederhana tampilannya seperti pegawai tanpa jabatan lainnya. Rambut dipotong pendek dengan seragam warna khaki dan make up sangat sederhana. Saya bertemu sekitar 2003 untuk mengurus pekerjaan dari kantor saya (percetakan). Di saat pembayaran saya disodori setumpuk SPJ dan kwitansi dengan nilai 50% di atas nilai riilnya. (Sudah cukup sering. Saya tidak kaget, sebab yang saya perhatikan justru mimik mukanya yang menunduk seperti malu, bicara tanpa memandang wajah saya dengan kegugupan yang nyata). “Nuwun sewu pak, ini mohon ditandatangani dan dicap, nanti yang Bapak terima sekian. Yang sekian lagi untuk dinas, dari pak X (atasan) sudah pirso (tahu/ lihat/ perintah)” Kenapa aneh ?

Berbeda dengan bendahara atau aparat proyek di Jakarta yang kelihatan gagah pongah seperti polantas saat memalaki rekanan, yang ini kelihatan rikuh, gagal gaya, saya merasakannya seperti malu dan rasa bersalah. She is a kind of a Good officer.
Beberapa bulan kemudian di depan saya Ibu Karminah dengan sinis bersendagurau dengan sesama rekannya. “pak ervin itu saudaranya Mr X. dan mr. Y ya (pejabat2 eselon IV) ya pantas ya satu geng dapat proyek terus”… Deg!. istilah “geng” tidak pernah saya dengar di Jogja. Saya tidak suka istilah itu.
Kali itu saya melihatnya berbeda bukan Karminah yang serba salah tapi Karminah yang benci dengan atasannya yang korup dan melampiaskannya dengan menyindir saya.
Sepulang dari kantor saya merenungkan fenomena itu sampailah pada kesimpulan: Sebaik apapun semurah apapun secepat apapun jasa yang saya berikan tidak akan dianggap jika tidak ada “ability and willingness to collaborate in crime – KKN”.
Jika tak mau tandatangan SPJ KKN pasti di black list sebagai rekanan. Padahal rekanan yang saya gantikan sebelumnya terkenal mahal, lamban, tidak komunikatif dan kurang bermutu.
Selain itu sebaik apa pun saya orang akan menggeneralisir saya seperti rekanan hitam lainnya. Fakta rekanan hitam atau nepotisme menguasai mayoritas pengadaan barang dan jasa instansi memang fakta yang mudah ditemukan di semua kota dan instansi pemerintah.

*****


Namanya Suwarno, Orangnya lurus, seorang pelaksana di pemerintah Kota/Kodya Yogyakarta. Sarjana Politik golongan II/d. Dia bercerita dengan saya diperintahkan atasannya untuk meminta SPJ fiktif pada rekanan. Dia tidak berani menolak tapi tak berani juga melanggar keyakinan dan Imannya. Akhirnya dia tetap menuju rekanan sambil lalu berguyon. “Saya ceritakan saja sambil lalu kisah kawan-kawan saya yang kena kasus karena SPJ fiktif terus diproses dan ditelusuri sampai ke rekanannya terbawa bawa”
Akhirnya rekanan tadi takut dan menolak untuk meneken SPJ fiktif tadi. “Lantas saya lapor ke atasan.. Pak, rekanan tidak mau tandatangan”. Atasannya marah dan tanya “Kenapa?” Dia Jawab “Takut gini gitu pak” Atasannya membalas “Ya sudah ganti rekanan lain” Suwarno menjawab “Jangan saya lagi dong pak, gantian yang lain saja”. Akhirnya dia "lolos sementara" dari ujian itu.

***

Kawans sekalian ada sisi lain dari KKN yang kurang terlihat oleh para analis yaitu sisi Pembebasan Dari Perbudakan. Dramatis banget ? Nggak koq. Karminah dan Suwarno dan ribuan pegawai rendah lain adalah korban yang diperbudak oleh atasannya untuk melakukan dirty work.
Saya tahu betapa getirnya seorang pegawai muda freshmen belum lepas ingatan dari sumpah jabatan di bawah Qur’an/Injil harus diperalat atasan atasan busuk.
Pembebasan Pemerintah dari KKN sangat dirindukan oleh pegawai muda dan pelaku bisnis yang fair. Pembebasan Indonesia dari KKN adalah seperti Pembebasan Eropa dari Nazisme dan fasisme.
Para pelaku KKN harus DIHARGAI seperti korban Nazi menghargai para intel SS Nazi yang sadistis atau para kolaborator / penghianat yang mengorbankan saudara sebangsanya. Maka kita akan melihat Indonesia kelak akan sejajar dengan Eropa sekarang. Berlebihan ? InsyaAllah tidak.


Enam bulan lalu saya diundang oleh Bawasda sebagai narasumber dari pihak rekanan dalam seminar “capacity building pegawai Bawasda” yang dimentori oleh BPKP DIY. Dalam seminar para pegawai tersebut nampak “nyambung” dengan fakta2 yang saya bawakan dari pengalaman sebagai rekanan.

Seminggu setelah seminar usai saya bertemu tetangga yang bertanya “Kamu jadi narasumber Bawasda ya ?” “Iya kenapa ?” “Tetangga saya orang Bawasda bilang : pembicaranya pak ervin itu idealis banget. kalau usaha kayak gitu ngga bakalan dapat order dia” “Ya saya sadar koq pasti ada pihak yang mengolok-olok bahkan mencaci maki itu ada dimana-mana” Yang saya kecewa masak aparat pengawas ngomong seperti itu, bagaimana yang diawasi mau bener kalo aparat pengawasnya ngga mutu seperti itu”

Yang saya sesalkan daleeemmm banget adalah tampilnya kepala BPKP DIY di Jogja TV dalam acara dialog. Ketika ada telepon bertanya tentang kasus KKN di DIY beliau menjawab : “Ya BPKP sudah melaksanakan pengawasan sesuai prosedur yang berlaku dari dokumen dan alat bukti menurut ketentuan yang berlaku”. Yahhhh kalau SPJ sih rapi jali boss. SeIndonesia juga tahu. Kalau Cuma periksa legal formal prosedural saja (pura-pura ngga tau faktual) sampai kiamat Indonesia akan jadi surga koruptor. Haqqul yaqin. Terbatasi peraturan ? Yahh hati nuranimu kan tahu apa sesungguhnya yang jadi alasanmu. Jangan lupa Tuhan Maha Melihat.

Akhirnya karena gemas saya pun bersiap melaporkan ke Kejari. Gagal karena dinasehati kawan LSM yang berpengalaman dengan Polda dan Kejari dan menjadi “ATM”nya mereka.

Saya punya kawan rental mobil mewah yang Camrynya pernah disewa pejabat Kejari dengan harga markup 50% lebih tinggi dari price list weleh weleh…kalo ngga salah Camrynya dinaiki Jaksa Agung dalam peresmian kantor kejaksaan baru di Gunung kidul . ironis banget.


Tidak putus asa saya lapor ke Lembaga Ombudsman Daerah DIY, I fight them face to face dengan sesantun mungkin. Njawani banget. Hasilnya saya sukses besar diblack list sebagai rekanan Dinas Pendidikan DIY. Endingnya mudah ditebak kayak Sinetron Indonesia. LOD sendiri waktu saya desak bukan meng-encourage malah menuduh saya punya interest karena aneh : jadi satu-satunya laporan KKN di Jogja yang sempat manggung dalam sidang LOD dan berhadapan frontal dengan pelaku2.

Disangkanya saya mau niat ngetop kayak Khairiansyah kali? :).

Sedih tapi pantes banget Jogja dikasih gempa. Belajar dari kisah Nabi Yunus AS walaupun hati panas dan penasaran ngga boleh mutung tapi kita tetap doa minta petunjuk dan rahmat dari Tuhan.

Masih banyak kisah lain yang kawans semua mungkin sebel sama saya jika saya paparkan semalam suntuk. Ini bangsa kita sendiri menjadi musuh bagi kita sendiri dan percayalah Tuhan tidak akan menolong kalau kita cuma berdoa saja tanpa bertindak proaktif, progresif, kuratif. Tulus, santun dan berani. satu lagi : Lillahi Taala.


Forum dan anggota PTKDK ini saya 100% yakin seyakin-yakinnya mampu merubah dan sangat potensial menjadi “pasukan pembebasan”. Yang di Itjen, BPKP, BPK, Bawasda, KPK, Punya kapasitas. Tinggal keberanian kayak apa. Jangan tunggu Tuhan murka karena kita cuek bahkan melakukan kezaliman dan mengolok-olok kebaikan.

Selama reformasi baru ada 2 orang Khairiansyah Salman dan Amien Sunaryadi ? Ayo yang lain susul dong !

Doa saya setiap habis shalat semoga anak cucu kita kelak tidak perlu mengalami dunia KKN dan menulis posting semacam ini lagi karena kita orangtuanya sudah berhasil menghapuskan KKN dari diri dan lingkungannya. Untuk semua yang anti KKN : I Love U All dan menawarkan bantuan apapun yang saya bisa.

Tidak ada komentar: